skip to main |
skip to sidebar
Dalam tegar suatu harap terdapat haru menangis di taman bungaSeteguk embun yang tersimpan di balik daunNamun ia akan hilang oleh hangat sang mentariBerpijak sang surya memerah Warna yang kau sinari di alam iniTercampur hingga sinar matahariTerus bersinar dan semakin ke atasSesaat raga mulai bangun oleh fajarKesegaran dan kehangatan yang terasa oleh sang suryaMemberi kehidupan akan mahluk semua di alam iniItulah cinta kasihMuYang tak pernah berhentiWalau terkadang malam menggantikan siangTetapi engkau selalu berpijak di tiap fajar 'kan menyingsing
Seluruh mega sudah menutup duniaSebutir airpun runtuh dari langitMenghujam bumi tanpa hentiDan kutak ingin 'tuk berteduhMalam ini hanya sepi yang menjadi selimut hatiYang setia sampai pagi Malam ini, raga terdiamDan hanyut akan malam Terbawa sukma hati bernaungDan memeluk erat sukmamu yang tertidur pulasGemuruh rindu terus membisik, menghanyut, mengalir hanya untukmuMungkin hujan dan rindu ini'kan bernaung di kubangan hatikuAgar kau selalu di hatiku ( 4 Mei 2010)
Menjaga bintang agar tetap bersinar dalam tenggelamnya mega dalam nuraninya kadang kesalahan banyak dariku terdiam merenungi apa yang bulan pikirkan apa yang air bawa menuju dasar permukaan kuingin menjadi air yang memberi kehidupan bagi milik didalamnya oh.....Tuhan semoga sifat air menjadi nyawa dalam hatiku ini memang sebuah harapan yang tak mungkin tergenggam tetapi berusaha menjalin beraturan seperti bulan dan air yang beda tetapi saling berkesinambungan
Jika nanti esok engkau membuka kelopak mata yang masih sayu terlarut rasa yang terebah diatas alas tidur mu dan teriakan kokok ayam menyambut fajar yang berganti pagi dengan tetesan embun yang takkan pecah oleh sinar mentari disaat kemerdekaan negeri ini resapilah makna alhamdulillah dan bersyukur karena rakhmatNya kita masih berbaur satu saling menyayangi, dan semoga ketakutan kita tak menjadi penutup insan kita dan semoga jodoh itu milik kita berdua walaupun kerinduan masih membayangi sirkuit kita mari bergerak melangkah bersama karena engkau anugerah yang kumiliki
Ketakutan rasa masih terdengar kehampaan terasa membayangi diamlah engkau di hati ini jangan pernah kembali ke belakangmu karena aku tak rela engkau tegak dalam lalu mu tanamlah angan diriku walaupun siang malam tak bersamaku aku kan siap di depan atau di belakangmu disaat waktu mendukung kita percaya padaku karena aku lebih percaya akan lisanmu
Tertegur angin berbaur rasa menyayat ombak ke tepi daratan teratur bergantian tanpa henti yang terus terselimut hari esok mentari bersinar dalam lengkungan bumi masih enggan memberi kehidupan, kapastian mentari datang di setiap harinya memberi cahaya yang terselimut hangat dengan keindahannya
Bersama bintang di malam berbaur dengan dinginnya angin kau tak henti ada dipikiranku Tak lepas oleh waktu Kau selalu singgah di hati seperti sinar mentari yang pasti menyinari malam Engkau dan aku adalah ikan bersirip satu yang takkan bisa berenang bila kita tak berpelukan dan genggam erat tanganku bila engkau diatas badai dan jangan pernah kau lepas karena kan dihadapi bersama
Sunyi dalam senyap hening terasa meraih jenuh, tanpa langkah detik jam, yang seakan diam tersapu harap kuterdiam berbekal tongkat ayunkan tongkat mencari jejak bayangmu kelopak mataku tertutup silih perputaran siang dan malam sampai kutak merentangkan tangan ku tolakan tongkat dengan tujuan harap semu malam dan siang merayap sampai kujenuh tanpa kesempurnaan ku buang tongkatku, ku duduk dan diam memegang kepala kau menarik jenggotku dari arah hampamu dan mencium bibirku tanpa membuka kelopakku raga menahan, jiwa gemetar, seakan lalu memeluk hatiku oh....terasa sempurna dunia ini namun kau datang memikul beban berat sampai kau tertatih memikulnya peluk aku, pasti hatimu kan menggenggam bintang sampai kumampu berdiri dan berlari menggendongmu tanpa pikulan yang kau pikul