Tujuh Macam KecerdasanKedua, kecerdasan umumnya yang kita mengerti sangat sempit, yaitu hanya berkaitan dengan daya ingat, logika, atau penalaran. Dr. John Elliot, seorang profesor
pendidikan pada jurusan pengembangan (kecerdasan) manusia dari Maryland University, dalam seminar pada bulan April 1993 di Jakarta, membahas adanya tujuh macam kecerdasan yaitu:
Kecerdasan Fisikal: Kecerdasan ini tampil dalam bentuk kinerja (performance) fisik manusia, seperti pada diri atlet umpamanya. Mereka yang unggul dalam kecerdasan
fisikal ini mampu mendayagunakan fisik mereka pada taraf yang mengherankan pada orang-orang biasa. Olahragawan, pelukis, pengukir, penulis indah, pemain sirkus, dan
penari adalah kelompok-kelompok manusia yang cerdas fisiknya.
Kecerdasan Ruang-Waktu: Kecerdasan ini membuat seseorang selalu sadar akan posisi relatifnya dalam koordinat ruang-waktu. Orang yang tidak cerdas ruang, tetap bingung
akan jalan-jalan di Jakarta, walaupun sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta. Orang yang tersesat, yakni orang yang mengalami disorientasi ruang, termasuk pula pada golongan
tak cerdas ruang. Sebaliknya pilot, nakhoda, penyelam, penjelajah alam, pemain bulu tangkis, adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan ruang yang tinggi. Demikian juga
arsitek, insinyur, ahli geometri, fisikawan dan sejarawan.
Kecerdasan Penalaran: Inilah kecerdasan yang secara umum dikenal luas sebagai kecerdasan. Orang ini mampu memahami relasi antarbagian dalam realitas yang disadarinya dan karena itu ia produktif membuat kesimpulan-kesimpulan.
Kecerdasan macam ini juga termasuk kemampuan berpikir logis dan matematis.
Kecerdasan Verbal: Anak kecil yang sudah pandai berceloteh dan memiliki vocabulary yang mengherankan pastilah cerdas secara verbal. Orang-orang yang cari makan dengan
mengandalkan kepiawaian mulutnya, seperti guru, pengacara, instruktur, orator, master of ceremony, penyiar radio, komentator olahraga, termasuk penulis, reporter, dan
penyiar adalah golongan orang-orang cerdas verbal. Orang-orang ini mampu mengekspresikan diri, pikiran, dan perasaannya lewat rangkaian kata-kata.
Kecerdasan Sosial: Orang yang cerdas secara social seolah-olah mampu membaca orang dengan akurat. Dan bias mengetahui persis apa isi hati, suasana hati, dan keinginan orang lain. Karena itu, ia dapat dengan mudah menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi, dan termasuk memimpin orang lain. Konflik antarpribadi,
pertengkaran, ketakharmonisan hubungan, dan semacamnya, banyak berpangkal pada ketakcerdasan sosial yang bersangkutan.
Kecerdasan Musikal: Kecerdasan ini membuat seseorang mampu memahami, menghayati, dan mengekspresikan nada, irama, dan suara dalam bentuk musikal yang estetik. Musikus dalam segala bentuknya, termasuk seniman pada umumnya, tentulah
termasuk kaum cerdas musikal.
Kecerdasan Etis-Spiritual: Orang cerdas di bidang ini mampu mengerti hal ikhwal spiritual. Tidak saja dalam pengertian bahwa ia memahami dunia spiritual, tapi lebih
pada kemampuannya menampilkan sikap dan praktik hidup yang harmonis dengan nilai-nilai fundamental yang secara tajam diketahuinya. Hati nuraninya bening, suara batinnya tajam, dan mata hatinya awas dalam membedakan apa yang baik dari yang tidak baik, dan membedakan apa yang baik, yang terbaik, dan yang sempurna. Orang yang unggul di bidang ini pada akhirnya menampilkan diri sebagai pribadi yang bijak bestari, penuh hikmat, agung, dan berwibawa.
Menurut Prof. Elliot, semua manusia memiliki ketujuh macam kecerdasan ini dengan kombinasi kualitas yang berbeda dari orang ke orang. Dengan demikian mudah dipahami adanya kenyataan yang kita lihat seperti orang yang goblok ruang tapi cerdas musikal, dosen jenius matematika tapi sontoloyo dalam mengajar.
Di lain pihak kita juga dapat menjumpai orang multi cerdas: pintar bergaul, jenius fisika, piawai main biola, luhur budi pekerti, serta canggih dalam mengajar. Einstein konon
termasuk dalam kategori ini.
Jika kita bandingkan tujuh macam kecerdasan di atas dengan sepuluh kunci sukses menurut Wareham dan Carnegie, tampaklah bahwa banyak di antaranya merupakan fungsi dari salah satu kecerdasan tersebut. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan suatu elemen kunci untuk berhasil, karena dengannya kita dimampukan untuk mengenal teritori permainan, diri kita sendiri, mitra tanding kita, aturan permainan, serta jebakan-jebakan pertandingan yang lazim. Olehnya kita juga mampu menyusun strategi permainan yang membawa kita kepada kemenangan
akhir. Namun tetap perlu kita catat, kecerdasan bukanlah segalanya. Masih ada hal-hal lain yang bukan termasuk kategori kecerdasan pada daftar Wareham dan Carnegie.